Kamis, 18 September 2008

Ramadhan Bulan Da’wah


7 Sep 08 13:45 WIB

eramuslim.com

Oleh Ihsan Tandjung

Ramadhan merupakan bulan bertabur rahmat Allah ta’aala. Inilah bulan di mana musuh Allah ta’aala dan musuh orang-orang beriman (yakni syetan) dibelenggu, pintu-pintu neraka tertutup dan tak satupun dibiarkan terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka dan tak satupun yang tertutup.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ
صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ
مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu, maksudnya jin. Dan pintu-pintu neraka ditutup dan tak satupun yang dibuka dan pintu-pintu surga dibuka dan tak satupun yang ditutup.” (HR Tirmidzi 618)

Hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di atas membuat kita bisa mengerti mengapa tiap kali memasuki bulan Ramadhan ummat Islam mengalami transformasi penampilan yang begitu signifikan. Kita segera melihat ummat Islam tiba-tiba menjadi gemar membaca Al-Qur’an. Gemar memperbanyak amal sholeh dan amal ibadah. Gemar bersedekah. Gemar sholat taraweh. Gemar memperhatikan kaum fuqoro wal masakin serta anak yatim. Kaum muslimat lebih gemar menutup dirinya dengan jilbab dan busana muslimah.

Sadarkah kita bahwa ini semua hanya membuktikan betapa hebatnya Allah ta’aala mencurahkan rahmatNya bagi ummat beriman di bulan Ramadhan? Maka seharusnya kita merenungi fakta ini dalam tafakkur kita. Lalu seyogyanya kitapun memanfaatkan momen berharga ini untuk melaksanakan aktivitas terbaik yang Allah ta’aala perintahkan kita melakukannya. Sudah sepatutnya dalam atmosfir banjir rahmat dan berkah Allah ta’aala ini kita ummat Islam mengingat kembali firman-firman Allah ta’aala di bawah ini:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah ta’aala, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri (kaum muslimin).” (QS Fushilat ayat 33)

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

”Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah/arif-bijaksana/wisdom dan pelajaran yang baik dan bantahlah/beradu pendapatlah (dengan) mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS AnNahl ayat 125)

Pernahkah kita mencoba untuk berempati dengan orang-orang non-muslim di bulan Ramadhan? Terutama orang-orang kafir yang selama ini kita nilai tidak punya masalah dengan kita? Artinya, mereka tidak termasuk golongan kafir harbi (orang kafir yang memusuhi Islam). Tahukah Anda bahwa bila tiba bulan Ramadhan orang-orang seperti ini sungguh hatinya tersentuh menyaksikan ummat Islam yang sedang mengalami transformasi penampilan signifikan.

Kenapa? Karena di dalam diri merekapun ada aspek fitrah (kemurnian jiwa) yang ditanamkan Allah ta’aala. Sedangkan fitrah manusia senantiasa cenderung kepada kebaikan. Fitrah manusia adalah sesuatu yang bisa mendeteksi mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Maka ketika orang-orang kafir non-harbi ini menyaksikan ummat Islam tiba-tiba menjadi rajin beribadah, membaca kitab suci, memperbanyak bersedekah dan menampilkan solidaritas sosialnya, niscaya di dalam diri mereka muncul keharuan kalau tidak bisa dikatakan rasa iri dan cemburu. Mereka menjadi iri karena sesungguhnya mereka juga ingin merasakan hal yang serupa. Itulah sebabnya mengapa sebagian mereka bahkan ada yang ikut-ikutan solider ”berpuasa” bersama ummat Islam.

Maka, saudaraku, dalam momen penuh rahmat dan berkah Allah ta’aala mengapa kita tidak malah memanfaatkannya untuk langsung menawarkan kepada mereka untuk sekalian masuk dalam rahmat Allah ta’aala di bulan baik ini? Sampaikanlah kalimat yang biasa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sampaikan:



أَسْلِمْ تَسْلَمْ

Aslim Taslam (= masuk Islamlah engkau, niscaya engkau bakal selamat di dunia dan akhirat’)

Mari saudaraku, di bulan penuh rahmat ini kita bersungguh-sungguh berperan menjadi penebar rahmat Allah ta’aala sebagaimana diisyaratkan di dalam Al-Qur’an:


وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam) melainkan agar menjadi rahmat bagi semesta alam. ” (QS Al-Anbiyaa 107)

Inilah hakikat sebenarnya ummat Islam menjadi rahmat bagi segenap alam semesta. Kita berusaha berbagi nikmat yang paling mahal anugerah Allah ta’aala, yakni nikmat iman dan Islam. Sebab kita tidak ingin masuk surga sendiri. Kita ingin sebanyaknya manusia turut bersama menuju rahmat dan surga Allah ta’aala. Sedangkan untuk meraih rahmat dan surga Allah ta’aala tidak ada jalan lain selain jalan yang telah ditempuh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
Ramadhan Mubarok.-

Rabu, 17 September 2008

PENGOBATAN MENGGUNAKAN HABBATUS SAWDA' (JINTAN HITAM)

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya di dalam habbatus sawda’ (jintan hitam) terdapat penyembuh bagi segala macam penyakit kecuali kematian”.

Ibnu Syihab mengatakan : “Kata As-Saam di sini berarti kematian, sedangkan habbatus sawda’ berarti syuniz” [1]

Habbatus sawda’ ini mempunyai manfaat yang sangat banyak. [2]

Jintan hitam sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan izin Allah.

PENGOBATAN DENGAN MADU
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan” [An-Nahl : 69]

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Kesembuhan itu ada pada tiga hal, yaitu : Dalam pisau pembekam, meminumkan madu, atau pengobatan dengan besi panas (kayy). Dan aku melarang ummatku melakukan pengobatan dengan besi panas (kayy)”. [3]

PENGOBATAN DENGAN BEKAM [4]
Berbekam [5] termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah dengan melakukan bekam” [6]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sebaik-baik pengobatan penyakit adalah dengan melakukan bekam” [7]

Wasiat Malaikat Untuk Berbekam
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah aku melewati seorang Malaikat –ketika di Mi’rajkan ke langit- kecuali mereka mengatakan ‘Wahai Muhammad, lakukanlah olehmu berbekam” [8]

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan ketika beliau di Isra’kan, tidaklah beliau melewati sekumpulan Malaikat melainkan mereka meminta kami,” Perintahkanlah ummatmu untuk berbekam” [9]

Waktu Yang Paling Baik Untuk Berbekam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang ingin berbekam, hendaklah ia berbekam pada tanggal 17,19,21 (bulan Hijriyyah), maka akan menyembuhkan setiap penyakit” [10]

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Sesungguhnya hari yang paling baik bagimu untuk berbekam adalah hari ke 17, hari ke 19, dan hari ke 21 (bulan Hijriyyah)” [11]

Hari yang paling baik untuk berbekam adalah pada hari Senin, Selasa dan Kamis. Sebaliknya hindari berbekam pada hari Rabu, Jum’at, Sabtu dan Ahad” [12]

PENGOBATAN MENGGUNAKAN AIR ZAMZAM
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda mengenai air zamzam ini.

“Air zamzam itu penuh berkah. Ia merupakan makanan yang mengenyangkan (dan obat bagi penyakit)” [13].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda.

“Air zamzam tergantung kepada tujuan di minumnya” [14]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membawa air zamzam (di dalam tempat-tempat air) dan girbah (tempat air dari kulit binatang), beliau menyiramkan dan meminumkannya kepada orang-orang yang sakit” [15]

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “Aku sendiri dan juga yang lainnya pernah mempraktekkan upaya penyembuhan dengan air zamzam terhadap beberapa penyakit, dan hasilnya sangat menakjubkan, aku berhasil mengobati berbagai macam penyakit dan aku pun sembuh atas izin Allah” [16]

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia memberikan bimbingan kepada kita untuk dimudahkan dalam menggunakan pengobatan yang sesui dengan syari’at (Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam).

[Disalin dari buku Do’a & Wirid Mengobati Guna-Guna Dan Sihir Menurut Al-Qur’an Dan As-Sunnah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cetakan Keenam Dzulhijjah 1426H/Januari 2006M]
_________
Footnotes
[1]. Al-Bukhari no. 5688/Al-Fath X/143, dan Muslim no. 2215 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Lafazh ini adalah lafazh Muslim.
[2]. Zaadul Ma’aad IV/297 dan lihat juga Ath-Thibbu Minal Kitab was Sunnah, karya Al-Allamah Muwaffaquddin Abdul Lathif Al-Baghdadi (hal.88)
[3]. HR Al-Bukhari no. 5681/Fathul Baari X/137. Lihat bab : “Beberapa manfaat madu”. Zaadul Ma’aad IV/50-62 dan juga Ath-Thibbu Minal Kitab was Sunnah, karya Al-Allamah Muwaffaquddin Abdul Lathif Al-Baghdadi (hal. 129-136)
[4]. Lihat bahasan ini dalam Manhajus Salaamah fiimaa Warada fil Hijaamah oleh Dr Muhammad Musa Nashr.
[5]. Bekam : Mengeluarkan darah kotor dari kepala, badan, dan anggota tubuh lainnya dengan alat bekam.
[6]. HR Abu Dawud no. 3857 dan Ibnu Majah no. 3476, Al-Hakim IV/410, Ahmad II/342 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih Ibni Majah II/259 no 2800 dan Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah no. 760
[7]. HR Ahmad V/9,15,19, Al-Hakim IV/208 dari Samurah Radhiyallahu ‘anhu. Lihat Shahiih Al-Jaami’ish Shaghiir no. 3323, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah no. 1053.
[8]. HR Ibnu Majah no. 3477, Shahiih Ibni Majah II/259 no. 2801, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah no. 2263
[9]. HR At-Tirmidzi no. 2052, Shahiih Sunan At-Tirmidizi II/204 no. 1672
[10]. HR. Abu Dawud no. 3861 Al-Hakim, Al-Baihaqi IX/340 Dari Abu hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Lihat Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah no 622
[11]. Shahiih Sunan At-Tirmdizi II/204 no. 1674
[12]. HR Ibnu Majah no. 3487, Shahiih Ibn Majah II/261, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah no. 766
[13]. HR Muslim IV/1922 no. 2473 dan matan yang terdapat dalam kurung adalah menurut riwayat Al-Bazaar, Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani, dan sanadnya Shahih. Lihat Majma’uz Zawaa’id III/286
[14]. HR Ahmad III/357, 372, Ibnu Majah no. 3062 dan lainya dari Jabir bin Abdillah Radhiyalahu ‘anhu, lihat Shahiih Ibni majah II/183 dan Irwaa’ul Ghalil no. 1123
[15]. HR At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi V/202, lihat Shahiih At-Tirmidzi I/284, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah no. 883. Dan juga Zaadul Ma’aad IV/392
[16]. Zaadul Ma’aad IV/393 dan 178
www.almanhaj.or.id